Pada awal tahun baru tahun 2006 akhir tahun 2005 PASCA mengadakan Ekspedisi ke gunung ciremai dengan ketinggian ±3078 MDPL yaitu merupakan syarat penuh untuk mendapatkan pakaian dinas lapangan PASCA (PDL), Kartu Tanda Angota, serta Syal. Kami berangkat dari bascamp PASCA bersamaan dengan pelantikan PRAMUKA, PMR dan PASKIBRA yang ada di sekolah. PASCA memberangkatan anggotanya sebanyak 11 anggota dan 2 pembina PASCA diantaranya yaitu :
Ketua
Ridwan (Dholop)
Wakil Ketua
Fatchul Mubin (patcul)
Bendahara
Dwijo Sumantri (Bejo)
Sekertaris
Munawir Sajali (Awing)
Komarudin (Komeng)
Agus Sumantri
Muawan Bisri (Cilus Mandalwangi)
Nuriman (Doyox)
M. Cholid (Cholid Ambarawa)
Hasan Sobari (Ma’ung)
Abd. Rozak
Pembina PASCA dari KPA ALAS
Solex
Bihul
Inilah nama anggota PASCA yang melakukan Ekspedisi ke gunung Ciremai, sekaligus mereka menjadi PIONIR Pecinta Alam SMK PONPES Cadangpinggan. Kami tidak langsung menuju ke lokasi pendakian karena harus mengantarkan anak-anak PRAMUKA, PMR, dan PASKIBRA pelantikan di salah satu bumi perkemahan di kuningan. Setelah mengantarkan teman-teman akhirnya kami pun sampai di kaki gunung ciremai yaitu di pos masuk jalur pendakian palutungan ±1.070 MDPL. Kami sampai di pos pendakian palutungan sekitar jam 3 sere, kami pun tidak menunggu lama dan langsung mendaki dengan penuh rasa semangat. Tapak demi tapak, langkah demi langkah kami lalui dan akirnya sampai di pos pertama yaitu Cigowong Girang disini kami melepas lelah sejenak sambil mengambil persedian air minum. Tidak dapat diprediksi memang, hujan pun mengguyur kami tiba-tiba. Akhirnya kami disuruh Pembina untuk memakai ponco atau jas hujan dan melanjutkan pendakian kembali menuju ke pos berikutnya, akhirnya kami pun sampai di pos Kuta. Setelah istirahat sejenak kami pun mulai bergegas karena dilangit ciremai matahari sudah tidak kelihatan oleh dedaunan. Maka kami pun memutuskan siapa yang menjadi petunjuk jalan, karena tidak ada yang mau menajdi petunjuk arah Pembina pun memutuskan dan bertanya “siapa yang sudah pernah mendaki ciremai?” semuanya pada diam dan ada 1 anggota yang sudah pernah mendaki namanya Muawan Bisri “katanya dia belum pernah mendaki lewat jalur palutungan Cuma waktu turun dia sudah pernah, walaupun sama-sama melewatu jalur yang sama, namanya juga baru pertama kali dia agak segan untuk menerimanya jadi petunjuk jalan, terus ada satu anak yang di suruh muawan bisri yaitu Hasan Sobari dia lah yang jadi petunjuk jalan dan Muawan Bisri mengontrol dari barisan belakang anggota PASCA”. Setalah berapa lama melakukan perjalannan kami pun dibingungkan oleh jalur pendakian yang bercabang kanan dan kiri. Kami pun berdiskusi sejenak untuk memilih jalur mana yang akan di lalui. Muawan Bisri diam saja tidak ikut dalam diskusi karena sibuk membenahi bawaannya. Mereka pun akhirnya sepakat memih jalur sebelah kiri yang benar-benar sudah ditutup oleh ranting-ranting kecil. Ada satu anggota yang menanyakan kepada Pembina tapi diam saja (diam bukan berarti tidak tahu tapi Pembina hanya diam menguji sampai mana kekompakan tim saat tersesat) serta bertanya kepada Muawan Bisri yang sudah pernah melalui jalur itu, dia (bac.Muwan Bisri) tidak mendengarkan apa yang ditanyakan kepadanya dia Cuma jawab IA tanpa menengok ke teman-temanya, karena jawabanya itu lah awal dari ketersesatan anggota PASCA dijalur palutungan. Kami masuk kedalam hutan lebih dalam lagi jauh dari jalur semula, kami sudah merasakannya itu sejak pertengahan perjalanan yang sebenarnya kata muawan “Jalur pendakian palutungan tidak seburuk itu” dan sampailah diujung kelelahan karena dari tadi tidak menemukan pos yang dituju yaitu pos Paguyangan Badak, salah satu dari anggota kami coba bergiliran sama sobari jadi petunjuk jalan, pada saat temen kami berada di barisan paling depan dan menyalakan senter dia melihat sebuah gapura tua yang bertuliskan “Selamat datang ya ahli kubur” yang berarti selamat datang untuk pejiarah makam itu. Tidak diduga ternyata kami sudah sampai di dalam area pemakaman tua yang nisannya Cuma batu dan di sekelilingnya bebatuan pualam. Sepontan kamipun hendak lari dan Pembina menghadangi kami dari arah belakang supaya kami merembukan kembali keputusan untuk kembali ke jalur persimpangan yang tadi ditutup. Maka kami pun memutuskan untuk kembali ke jalur semula dan petunjuk jalanpun muawan. Akhirnya sampai juga pada persimpangan yang tadi ditutup, baru berjalan sejenak kami sudah samapi di pos Paguyangan Badak. Kami disini melepas lelah dan letih serta membuka bawaan masing-masing. Pembina memutuskan untuk membuat tenda di pos ini, tugas pun berbeda-beda ada yang mendirikan tenda, mencari ranting kering, dan tidak lupa memasak air dan nasi. Setelah kegiatan sudah dilakukan kami pun tidur kebawa alam mimpi masing-masing dan ada juga yang masih bercerita mengenai masalah tersesat tadi. Pagi pun menyapa kami sang surya pun sudah menyambut dan siap mengantarkan kami ke puncak ciremai, setelah sarapan, dan packing eiiiiiiiiiiiit kami pun tidak lupa membawa sampah bekas makanan yang kami makan. Kami pun melewati pos demi pos yaitu Arban, Tanjakan Asoy, Pesanggrahan, Sanghyang Ropoh, dan akhirnya kami pun tiba di bahaw pos gua wallet. Padas aat kami mendaki menuju goa wallet satu anggota kami ada yang terjatuh namanya fatchul mubin, kami semu pada panik dan alhamdullah dia pun tidak apa-apa. Dan kami pun memutuskan beristirahat di atas gua wallet serta mengambil persediaan air minum di mata air gua wallet. Tidak berapa lama kabutpun menghampiri kami jarak pandang Cuma 50CM-100CM kami pun diintruksikan oleh Pembina untuk tidak bergerak dari tempat semula, supaya tidak ada hal-hal terjadi yang tidak di inginkan. Kabut pun berlalu maka kami pun melajutkan pendakian ke puncak yang tertinggi di Jawa Barat itu. Kami pun sampai di puncak dan kami di sana melepas lelah, menikmati indahnya kawah, dan foto-foto. Kami pun sempat kecewa karena kami berada di puncak Cuma berapa menit karena cuaca yang tidak memungkinkan. Kami semua bergegas meninggalkan kawah dan turun dengan harapan selamat. Dalam perjalanan hendak turun melalui jalur yang berbeda yaitu jalur cibunar-linggarjati ada 2 anggota yaitu muawan bisri dan dwijo sumantri yang tertinggal karena terjebak kabut sehingga tidak bisa melihat dalam jarak 20cm, ceritanya “ mereka Cuma bias merangkak pada tepian kawah yang berjarak 50cm dari bibir kawah dan terus bergandengan dengan dalih selamat sampai tujuan” ternyata anggota lain tidak melihat kalau ada anggotanya yang terlihat dan Pembina pun memutuksan untuk istirahat karena tidak baik melanjutkan perjalanan di bibir kawah pada saat kabut datang. Pembina pun mengecek anggota pasca ternyata ada yang tidak ada, sepontan Pembina pun meneriakan nama 2 anggota tersebut dan diikuti oleh anggota pasca lainnya. Alamdullilah kami kumpul lagi dan melanjutkan perjalanan, kami pun melintasi pos pengasinan, sangga buana 2, sangga buana 1, batu lingga, tanjakan bapatere, tanjakan seruni, pangalap, kuburan kuda, condang amis, dan kami pun memutuskan istirahat lama di pos leuweung datar. Lama kami istirahat di pos ini dan akhirnya kami memutusan untuk meneruskan perjalanan ke pos selanjutnya yaitu pos cibunar-lianggarjati, pos ini dimanfaatkan oleh pendaki sebagai temapet mendirikan tenda untuk bermalam, selain tempatnya yang luas dan bisa di pakai untuk berkemah serta pos ini juga ada warung-warung yang menjual makanan siap saja yang tentunya masih hangat. Dan sampai sudah kami di pos ini Pembina kami pun sudah menunggu dari tadi sore yang mendapatkan kabar dari Pembina kami yang sudah sampai tempat dari tadi bahwa kami tersesat dan akhirnya kami di sambut dengan ucapan selamat kalian sudah sah menjadi anggota PASCA dan berhak memakai aksesoris PASCA. Sekian perjalanan pendakian PASCA yang pertama kali.
Terimakasih Kepada:
K.P.A ALAS
K.P.A ZAPALA
Dan seluruh Pembina yang membantu dalam berdirinya PASCA
Yang kami ingat dalam pendakian adalah “jangan bawa apa-apa selain gambar dan jangan bakar apa-apa selain sampah”.
Ketua
Ridwan (Dholop)
Wakil Ketua
Fatchul Mubin (patcul)
Bendahara
Dwijo Sumantri (Bejo)
Sekertaris
Munawir Sajali (Awing)
Komarudin (Komeng)
Agus Sumantri
Muawan Bisri (Cilus Mandalwangi)
Nuriman (Doyox)
M. Cholid (Cholid Ambarawa)
Hasan Sobari (Ma’ung)
Abd. Rozak
Pembina PASCA dari KPA ALAS
Solex
Bihul
Inilah nama anggota PASCA yang melakukan Ekspedisi ke gunung Ciremai, sekaligus mereka menjadi PIONIR Pecinta Alam SMK PONPES Cadangpinggan. Kami tidak langsung menuju ke lokasi pendakian karena harus mengantarkan anak-anak PRAMUKA, PMR, dan PASKIBRA pelantikan di salah satu bumi perkemahan di kuningan. Setelah mengantarkan teman-teman akhirnya kami pun sampai di kaki gunung ciremai yaitu di pos masuk jalur pendakian palutungan ±1.070 MDPL. Kami sampai di pos pendakian palutungan sekitar jam 3 sere, kami pun tidak menunggu lama dan langsung mendaki dengan penuh rasa semangat. Tapak demi tapak, langkah demi langkah kami lalui dan akirnya sampai di pos pertama yaitu Cigowong Girang disini kami melepas lelah sejenak sambil mengambil persedian air minum. Tidak dapat diprediksi memang, hujan pun mengguyur kami tiba-tiba. Akhirnya kami disuruh Pembina untuk memakai ponco atau jas hujan dan melanjutkan pendakian kembali menuju ke pos berikutnya, akhirnya kami pun sampai di pos Kuta. Setelah istirahat sejenak kami pun mulai bergegas karena dilangit ciremai matahari sudah tidak kelihatan oleh dedaunan. Maka kami pun memutuskan siapa yang menjadi petunjuk jalan, karena tidak ada yang mau menajdi petunjuk arah Pembina pun memutuskan dan bertanya “siapa yang sudah pernah mendaki ciremai?” semuanya pada diam dan ada 1 anggota yang sudah pernah mendaki namanya Muawan Bisri “katanya dia belum pernah mendaki lewat jalur palutungan Cuma waktu turun dia sudah pernah, walaupun sama-sama melewatu jalur yang sama, namanya juga baru pertama kali dia agak segan untuk menerimanya jadi petunjuk jalan, terus ada satu anak yang di suruh muawan bisri yaitu Hasan Sobari dia lah yang jadi petunjuk jalan dan Muawan Bisri mengontrol dari barisan belakang anggota PASCA”. Setalah berapa lama melakukan perjalannan kami pun dibingungkan oleh jalur pendakian yang bercabang kanan dan kiri. Kami pun berdiskusi sejenak untuk memilih jalur mana yang akan di lalui. Muawan Bisri diam saja tidak ikut dalam diskusi karena sibuk membenahi bawaannya. Mereka pun akhirnya sepakat memih jalur sebelah kiri yang benar-benar sudah ditutup oleh ranting-ranting kecil. Ada satu anggota yang menanyakan kepada Pembina tapi diam saja (diam bukan berarti tidak tahu tapi Pembina hanya diam menguji sampai mana kekompakan tim saat tersesat) serta bertanya kepada Muawan Bisri yang sudah pernah melalui jalur itu, dia (bac.Muwan Bisri) tidak mendengarkan apa yang ditanyakan kepadanya dia Cuma jawab IA tanpa menengok ke teman-temanya, karena jawabanya itu lah awal dari ketersesatan anggota PASCA dijalur palutungan. Kami masuk kedalam hutan lebih dalam lagi jauh dari jalur semula, kami sudah merasakannya itu sejak pertengahan perjalanan yang sebenarnya kata muawan “Jalur pendakian palutungan tidak seburuk itu” dan sampailah diujung kelelahan karena dari tadi tidak menemukan pos yang dituju yaitu pos Paguyangan Badak, salah satu dari anggota kami coba bergiliran sama sobari jadi petunjuk jalan, pada saat temen kami berada di barisan paling depan dan menyalakan senter dia melihat sebuah gapura tua yang bertuliskan “Selamat datang ya ahli kubur” yang berarti selamat datang untuk pejiarah makam itu. Tidak diduga ternyata kami sudah sampai di dalam area pemakaman tua yang nisannya Cuma batu dan di sekelilingnya bebatuan pualam. Sepontan kamipun hendak lari dan Pembina menghadangi kami dari arah belakang supaya kami merembukan kembali keputusan untuk kembali ke jalur persimpangan yang tadi ditutup. Maka kami pun memutuskan untuk kembali ke jalur semula dan petunjuk jalanpun muawan. Akhirnya sampai juga pada persimpangan yang tadi ditutup, baru berjalan sejenak kami sudah samapi di pos Paguyangan Badak. Kami disini melepas lelah dan letih serta membuka bawaan masing-masing. Pembina memutuskan untuk membuat tenda di pos ini, tugas pun berbeda-beda ada yang mendirikan tenda, mencari ranting kering, dan tidak lupa memasak air dan nasi. Setelah kegiatan sudah dilakukan kami pun tidur kebawa alam mimpi masing-masing dan ada juga yang masih bercerita mengenai masalah tersesat tadi. Pagi pun menyapa kami sang surya pun sudah menyambut dan siap mengantarkan kami ke puncak ciremai, setelah sarapan, dan packing eiiiiiiiiiiiit kami pun tidak lupa membawa sampah bekas makanan yang kami makan. Kami pun melewati pos demi pos yaitu Arban, Tanjakan Asoy, Pesanggrahan, Sanghyang Ropoh, dan akhirnya kami pun tiba di bahaw pos gua wallet. Padas aat kami mendaki menuju goa wallet satu anggota kami ada yang terjatuh namanya fatchul mubin, kami semu pada panik dan alhamdullah dia pun tidak apa-apa. Dan kami pun memutuskan beristirahat di atas gua wallet serta mengambil persediaan air minum di mata air gua wallet. Tidak berapa lama kabutpun menghampiri kami jarak pandang Cuma 50CM-100CM kami pun diintruksikan oleh Pembina untuk tidak bergerak dari tempat semula, supaya tidak ada hal-hal terjadi yang tidak di inginkan. Kabut pun berlalu maka kami pun melajutkan pendakian ke puncak yang tertinggi di Jawa Barat itu. Kami pun sampai di puncak dan kami di sana melepas lelah, menikmati indahnya kawah, dan foto-foto. Kami pun sempat kecewa karena kami berada di puncak Cuma berapa menit karena cuaca yang tidak memungkinkan. Kami semua bergegas meninggalkan kawah dan turun dengan harapan selamat. Dalam perjalanan hendak turun melalui jalur yang berbeda yaitu jalur cibunar-linggarjati ada 2 anggota yaitu muawan bisri dan dwijo sumantri yang tertinggal karena terjebak kabut sehingga tidak bisa melihat dalam jarak 20cm, ceritanya “ mereka Cuma bias merangkak pada tepian kawah yang berjarak 50cm dari bibir kawah dan terus bergandengan dengan dalih selamat sampai tujuan” ternyata anggota lain tidak melihat kalau ada anggotanya yang terlihat dan Pembina pun memutuksan untuk istirahat karena tidak baik melanjutkan perjalanan di bibir kawah pada saat kabut datang. Pembina pun mengecek anggota pasca ternyata ada yang tidak ada, sepontan Pembina pun meneriakan nama 2 anggota tersebut dan diikuti oleh anggota pasca lainnya. Alamdullilah kami kumpul lagi dan melanjutkan perjalanan, kami pun melintasi pos pengasinan, sangga buana 2, sangga buana 1, batu lingga, tanjakan bapatere, tanjakan seruni, pangalap, kuburan kuda, condang amis, dan kami pun memutuskan istirahat lama di pos leuweung datar. Lama kami istirahat di pos ini dan akhirnya kami memutusan untuk meneruskan perjalanan ke pos selanjutnya yaitu pos cibunar-lianggarjati, pos ini dimanfaatkan oleh pendaki sebagai temapet mendirikan tenda untuk bermalam, selain tempatnya yang luas dan bisa di pakai untuk berkemah serta pos ini juga ada warung-warung yang menjual makanan siap saja yang tentunya masih hangat. Dan sampai sudah kami di pos ini Pembina kami pun sudah menunggu dari tadi sore yang mendapatkan kabar dari Pembina kami yang sudah sampai tempat dari tadi bahwa kami tersesat dan akhirnya kami di sambut dengan ucapan selamat kalian sudah sah menjadi anggota PASCA dan berhak memakai aksesoris PASCA. Sekian perjalanan pendakian PASCA yang pertama kali.
Terimakasih Kepada:
K.P.A ALAS
K.P.A ZAPALA
Dan seluruh Pembina yang membantu dalam berdirinya PASCA
Yang kami ingat dalam pendakian adalah “jangan bawa apa-apa selain gambar dan jangan bakar apa-apa selain sampah”.


0 komentar:
Posting Komentar